Rabu, 17 Desember 2008

Hati-hati, Hati (Dialog senja)


Aku:
Hati. Qolb. Hatiku. Senantiasa bolak-balik. Akankah engkau menjadi sahabatku?
Yang senantiasa menyuarakan kebenaran. Pemberi semangat. Atau, terlalu tulikah telingaku untuk mendengar suaramu? Terlalu lama kutinggalkan engkau. Hingga suaramu begitu lemah dan menjauh.

Hati:

Engkau. Senantiasa bermain. Bermain dengan keyakinanmu. Tak kau dengarkah suara lantangku, akan kebenaran. Tak pernah kuberhenti sampaikan kata-kata untukmu.
Hanya, Kau pilih suara yang lain. Suara yang mengecilkan kebesaranmu. Suara yang menggelapkan cahayamu. Suara yang padamkan apimu.


Aku:
Aku, tetap disini. Meneguhkan hatiku. Mengenali diriku. Damaikan aku.

Hati
:

Aku, tetap bersamamu, terus berputar bersama putaran semesta. Menari bersama Ilahi, menanti damainya dirimu dengan engkau.


Saatnya kan tiba, ketika aku dan engkau menari bersama, selaraskan jiwa untuk bersama Sang pemilik takdir. Selaras, menari bersama semesta. Hembuskan, dengungkan Zikr.

Rabu, 10 Desember 2008

Celoteh Zahra, Zaskiya, Sikembar untuk sahabat


Bermain. Sesuatu hal yang menyenangkan. Bergembira. Ceria.

Dulu.
Berlarian dengan bebas, telanjang kaki, rasakan sejuknya udara, lembabnya tanah. Melempar batu di sungai, berenang, main lumpur, coret tembok rasakan kebebasan, lepaskan keinginan.

Kini.
Semudah itukah? Rasanya makin lama bermain makin sulit dilakukan. Kebebasan untuk bermainpun makin sesak. Kata bermain telah mengalami distorsi. Asing bagi sebagian atau kebanyakan orang.

Saat kecil, bebas untuk bermain. Sekarang? Masa kini? Masih bebaskah? Betulkah?
Kepuasan bermain dibatasi kata-kata, larangan. Begitu banyak kata larangan hingga sesak.
Mandi hujan, bermain lumpur, mandi di sungai, menggoreskan karya seni pertama di tembok, lari dimalam hari, telanjang kaki. Sebanyak itu permainan, sebanyak itu pula larangan.

Bebas bermain dimana saja. Alam semesta memberikannya untuk semua. Masihkah?
Rasanya untuk mandi bola saja harus pergi ke mall. Main air harus ke kolam renang karena sungai tidak lagi (dibuat) bersahabat. Bermain kuda-kudaan harus menunggu abang odong-odong. Hanya 3 lagu, lalu selesai. Mandi hujan tinggal kenangan. Coret tembok, hanya angan-angan.

Terlalu banyak kata "jangan", terlalu banyak biaya harus dikeluarkan, terlalu sempit lapangan. Terlalu sedikit tanah tersisa.

Dan, terlalu sepi. Tak ada teman untuk diajak bermain lmpur, mandi hujan.
Tak ada tangan Ibu untuk dipegang. Tak ada pundak dan punggung Ayah untuk dinaiki.

Yang tersisa hanyalah Tangan Tuhan. Yang Maha Memahami. Pemberi arti bermain untuk belajar. Sang Pencipta permainan.

Yang terus memberikan udara, mengajak berlari. Yang terus mengalirkan hujan.Bahkan mengirimkan banjir mengundang bermain.

Adakah yang menyambutnya?

Bersama kami, Zahra, Zaskiya dan sikembar.

Tanah retak, daun hijau dan secercah harapan


Antara optimisme,pikiran positif dan keputusasaan.Adakah waktu untuk kembali hijau? Adakah hasil perjuangan ini? Semuanya menguap dalam setiap hembusan nafas. Nafas seorang pejuang atau pecundang?

Island of Love, Hope, Life and Enlightening

Visual Island
Sebuah pulau.
Pulau harapan, berbagi kasih.
Pulau kehidupan, berbagi semangat.
Pulau pencerahan, berbagi ilmu.

Dengan bahasa visual sebagai terapi. Terapi tanpa intimidasi. Terapi relung hati. Sendiri. Sunyi. Terapi penuh inspirasi. Kontemplasi. Cerahkan diri.

Pertama, inilah Visual Island

Ini posting pertama. Akhirnya punya blog juga. Silahkan berkunjung, kasih komenter. Bila ada yang bermanfaat, Alhamdulillah. Bila ada yang tak berkenan, Alhamdulillah (juga).

Blog ini tempat menyampaikan pandangan pribadi Alvein. Berbagi cerita. Perjalanan. Tafsir atas kehidupan ini.

Juga tempat berbagi pengalaman. Olah rasa. Olah mata. Melalui bahasa Visual.

Blogger Template: Listed at Lasvak

|

Blogger Templates by OurBlogTemplates.com 2007