Minggu, 18 Oktober 2009

Reinkarnasi

Akhirnya, setelah sekian lama nggak meng-up date blog ini, pagi ini tergerak untuk menulis sesuatu di blog kesayangan ini.

Awalnya, begitu semangat karena punya blog, tetapi saat bersamaan, booming Facebook. Nah, seperti kebanyakan orang, kecepatan komentar dan reuni online dengan teman-teman lama membuai sedemikian kuat.

Tapi, ada yang positif. Kebiasaan menulis komentar, membuat kenangan masa lalu muncul dan salah satunya adalah saat-saat asyik menulis di buku diary. Semasa SMP. Menambah semangat untuk rajin menulis dan merangkai kata.

So, lahir kembali. Saatnya untuk berbagi kembali. Di Visual Island.

Rabu, 07 Januari 2009


Be Different!

Yellow and Blue, The same destination

Hypnotherapy#1

Rabu, 17 Desember 2008

Hati-hati, Hati (Dialog senja)


Aku:
Hati. Qolb. Hatiku. Senantiasa bolak-balik. Akankah engkau menjadi sahabatku?
Yang senantiasa menyuarakan kebenaran. Pemberi semangat. Atau, terlalu tulikah telingaku untuk mendengar suaramu? Terlalu lama kutinggalkan engkau. Hingga suaramu begitu lemah dan menjauh.

Hati:

Engkau. Senantiasa bermain. Bermain dengan keyakinanmu. Tak kau dengarkah suara lantangku, akan kebenaran. Tak pernah kuberhenti sampaikan kata-kata untukmu.
Hanya, Kau pilih suara yang lain. Suara yang mengecilkan kebesaranmu. Suara yang menggelapkan cahayamu. Suara yang padamkan apimu.


Aku:
Aku, tetap disini. Meneguhkan hatiku. Mengenali diriku. Damaikan aku.

Hati
:

Aku, tetap bersamamu, terus berputar bersama putaran semesta. Menari bersama Ilahi, menanti damainya dirimu dengan engkau.


Saatnya kan tiba, ketika aku dan engkau menari bersama, selaraskan jiwa untuk bersama Sang pemilik takdir. Selaras, menari bersama semesta. Hembuskan, dengungkan Zikr.

Rabu, 10 Desember 2008

Celoteh Zahra, Zaskiya, Sikembar untuk sahabat


Bermain. Sesuatu hal yang menyenangkan. Bergembira. Ceria.

Dulu.
Berlarian dengan bebas, telanjang kaki, rasakan sejuknya udara, lembabnya tanah. Melempar batu di sungai, berenang, main lumpur, coret tembok rasakan kebebasan, lepaskan keinginan.

Kini.
Semudah itukah? Rasanya makin lama bermain makin sulit dilakukan. Kebebasan untuk bermainpun makin sesak. Kata bermain telah mengalami distorsi. Asing bagi sebagian atau kebanyakan orang.

Saat kecil, bebas untuk bermain. Sekarang? Masa kini? Masih bebaskah? Betulkah?
Kepuasan bermain dibatasi kata-kata, larangan. Begitu banyak kata larangan hingga sesak.
Mandi hujan, bermain lumpur, mandi di sungai, menggoreskan karya seni pertama di tembok, lari dimalam hari, telanjang kaki. Sebanyak itu permainan, sebanyak itu pula larangan.

Bebas bermain dimana saja. Alam semesta memberikannya untuk semua. Masihkah?
Rasanya untuk mandi bola saja harus pergi ke mall. Main air harus ke kolam renang karena sungai tidak lagi (dibuat) bersahabat. Bermain kuda-kudaan harus menunggu abang odong-odong. Hanya 3 lagu, lalu selesai. Mandi hujan tinggal kenangan. Coret tembok, hanya angan-angan.

Terlalu banyak kata "jangan", terlalu banyak biaya harus dikeluarkan, terlalu sempit lapangan. Terlalu sedikit tanah tersisa.

Dan, terlalu sepi. Tak ada teman untuk diajak bermain lmpur, mandi hujan.
Tak ada tangan Ibu untuk dipegang. Tak ada pundak dan punggung Ayah untuk dinaiki.

Yang tersisa hanyalah Tangan Tuhan. Yang Maha Memahami. Pemberi arti bermain untuk belajar. Sang Pencipta permainan.

Yang terus memberikan udara, mengajak berlari. Yang terus mengalirkan hujan.Bahkan mengirimkan banjir mengundang bermain.

Adakah yang menyambutnya?

Bersama kami, Zahra, Zaskiya dan sikembar.

Tanah retak, daun hijau dan secercah harapan


Antara optimisme,pikiran positif dan keputusasaan.Adakah waktu untuk kembali hijau? Adakah hasil perjuangan ini? Semuanya menguap dalam setiap hembusan nafas. Nafas seorang pejuang atau pecundang?

Blogger Template: Listed at Lasvak

|

Blogger Templates by OurBlogTemplates.com 2007